Anak adalah Miniatur Orang Tua

Tanggung jawab pendidikan pertama ada di orang tua
Sebagai pendidik saya cukup merasa prihatin akan beberapa kondisi siswa jaman sekarang. Banyak kasus anak yang menghiasi kolom berita. Kita beralih pada Hajat Besar Negeri ini, yakni Ujian Nasional. Situasi persiapan sudah dimulai terlihat dari berbagai segi dan telah disiapkan berbagai strategi. Namun jika melihat dari sisi siwa malah justru terlihat sebaliknya, sebagian dari mereka malah ada saja yang sering sibuk mengisi point pelanggaran, dari terlambat, membolos, nongkrong hingga merokok dikantin, bahkan yang paling mengejutkan adalah terlbatnya sebagian mereka pada minuman keras dan obat terlarang..

Entah, apakah itu reaksi mereka dalam menghadapi Ujian yang sebentar lagi mereka hadapi, ataukah inilah karakter mereka sesungguhnya. Sebagai pendidik kondisi seperti ini tentu jauh dari harapan. Idealnya mereka akan semakin giat belajar, rajin berangkat dan mempersiapkan segalanya dengan sungguh-sungguh.
Lain lagi kisah berikutnya. Yah kelas XI ada ritual wajib bagi mereka, yakni magang atau istilah kerennya On the job training. Siswa SMK tentu diharapkan memiliki bekal keterampilan yang cukup untuk terjun di dunia kerja nantinya. Tapi apa yang terjadi. 4 (empat) bulan waktu yang dijatahkan pada mereka untuk menimba ilmu langsung di dunia industri mereka sia-siakan dengan entengnya seakan tanpa beban rasa salah. Hemm... sebagai wali kelas sekaligus guru pembimbing tentu sedih sekaligus kecewa. Magang sudah berlangsung 2 minggu, alhamdulillah masih terdengar kabar baik kala itu. Namun selang beberapa hari saya dibuat terkejut ada dua tempat magang yang menghubungi sekolah dan melaporkan tingkah polah siswa di sana. Ringkasnya mereka telah dinyatakan dikeluarkan dari tempat magang.

Satu hal lagi, Hari Jumat. Jumat yang kami yakini sebagai hari yang lebih utama dibanding hari lain sedikit dinodai dengan peristiwa kurang terpuji. Jumat itu ada rasia HP dan benda lain yang memang dilarang dibawa ke lingkungan sekolah. Saya pikir mereka sudah paham akan aturan itu, selain sudah terpajang besar di depan ruang guru, penegakkan aturan selalu diupayakan dan turut melibatkan siswa khususnya OSIS. Namun hari itu yang oleh sebagian anak disebut sebagai "Jumat - Monster Day" lagi-lagi saya dibuat heran. Operasi/ rasia tahap awal memang hasilnya nihil, namun setelah disumpah dan menulis surat pernyataan dan sedikit di kerasi baru mereka mengaku.

Yah, katanya sie takut mati, tapi apa... serasa tak ada efeknya bagi tingkah mereka. Sampai-sampai kita harus rasia sesi dua. Maaf pakaian dalam menjadi tempat anam sementara untuk menyimpan HP, hemm tidak habis pikir, selongsong besi bekas kursi berisi rokok. Tas dengan aneka alat poles wajah yang berlebih, serpihan rokok di tas siswi dan seterusnya. Hari ini cukup membuat saya heran dan bertanya-tanya. Alhamdullilah suara Adzan telah memanggilku menunaikan Shalat Jumat, alhamdulillah pula saat itu semua ketidaknyamanan dalam hati saya serahkan pada Allah semata.

Sepulangnya sambil menggalau akan kondisi ini, sempat terlintas dipikiran saya, hemmm.... siapakah yang paling bertangungjawab akan hal ini. Sekolah, kantin,  tempat magang atau siapa? Ataukah  anak dan orang tua juga turut berperan akan sema ini. Saya mencoba menyelami lebih dalam dari sudut pandang anak dan orang tua. Terlebih setelah saya dan guru BK berkunjung ke rumah (home visit)  untuk memastikan kondisi yang sebernarnya mengenai beberapa peristiwa anak yang katanya bermasalah. Semakin heran saya, sambil senyum tipis saya berujar "anak memang miniatur orang tuanya yah?" Ujar saya pada teman kos, dan otomatis terjadi pembicara ringan diantara kami.

Intinya, kami setuju akan keterkaitan yang begitu erat antara orang tua dan anak. Dalam pepatah jawa ada ungkapan "Kacang ninggalke lanjaran", yah ini hampir sama dengan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonya". Pengetahuan dan pengalaman dalam keluarga akan memberikan gambaran yang cukup jelas pada diri anak akan dirinya sendiri dalam tahapan pengenalan diri (self definition). Anak membangun kepribadian dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga dengan melukiskan diri mereka sendiri dengan terpisah tetapi tetap menjadi individu yang berinteraksi. Hal ini membawa konsekuensi besar bahwa pendidikan yang utama dan pertama ada ditangan keluarga (orang tua).

Kesadaran untuk mencerdaskan anak tercintanya tentu merupakan impian setiap orang tua yang bijak. Harapan dan kerja keras demi mencerdaskan dan memberikan bekal kesuksesan masa depan anaknya sering kali tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang kenapa dan bagaimana mewujudkannya. Banyak orang tua yang berpendapat bahwa tugas mencerdaskan anaknya ada ditangan guru dan lembaga pendidikan sementara mereka asyik dengan pekerjaan dan kesibukanya.

Kesadaran tugas utama mencerdaskan anak adalah tugas orang tua, akan memberi pengaruh positif dan luar biasa pada anak.  Secara otomatis akan membawa kepada pembentukan tanggungjawab dan pengkondisian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak yang cerdas dan berperilaku teladan. Sebenarnya Rasulullah SAW telah memberikan pesan yang luar biasa pada orang tua bahkan untuk calon orang tua. "Setiap bayi yang lahir memiliki fitrah tawhid, orang tualah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi". Orang tua yang sadar akan tanggungjawab pendidikan dan pencerdasan ini akan lebih arif dalam 'memilihkan dan menawarkan' aktifitas harian, permainan, liburan dan segala macam pembentukan lingkungan anak yang mendukung proses belajar dan pencerdasan mereka. Tidak hanya sekedar membantu mengerjakan PR namun mampu mengarahkan anaknya menuju jalan hidup yang benar sehingga mampu darinya terlahir generasi mulia yang mampu memberi pengaruh pada banyak orang dan mampu mewujudkan kehidupan bahagia dunia akhirat.

Tulisan ini bukan bermaksud melemparkan tanggungjawab ataukan upaya mencari kambing hitam, namun lebih untuk berbagi dan mengajak para orang tua untuk lebih menaruh perhatian pada anaknya. Karena anaklah Harta Termahal bagi orang tua. Anaklah sumber kebahagiaan dan kebanggaan di dunia dan akhirat. Mari bersama bersatu padu untuk menciptakan generasi harapan bangsa dan agama. Sukses bagi seluruh orang tua dan guru, salam pendidikan dan salam cerdas.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Anak adalah Miniatur Orang Tua"

Posting Komentar