JOMBLO VS PACARAN

Seperti kebanyakan laki-laki seusia saya tentunya pernah mengalami apa yang disebut “jatuh cinta”. Meskipun tidak semuanya sampai “pacaran”, namun semua orang tentu mengenal istilah “pacaran”. Tidak dipungkiri saya pun sempat punya pacar. Rasa sakit hati, kekecewaan, dosa dan penyesalan perlahan memberikan pemahaman baru. Terlebih setelah pertemuan saya dengan seorang wanita muslim berinisial “S” itu terjadi. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan padanya, aamiin…
Dari beberapa pengalaman dan peristiwa dalam hidup Alhamdulillah memberi pemahaman baru. Dan melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi. Tulisan ini secara khusus saya dedikasi pada sahabat-sahabat saya yang dengan kuat dan penuh keyakinan menetapkan hati untuk tidak berpacaran. Bersabarlah kawan, Allah pasti menepati janji-Nya. Sabarlah dengan ledekan “Hari gini ngga punya pacar? payah banget sih lo…!”, “jomblo”, “cupu”, “gak laku-laku”, atau ledekan lain yang selalu ditujukan pada “kaum jomblo”. Dan semoga setelah selesai membaca tulisan ini segenap jomblowan dan jomblowati yang budiman dapat bertepuk tangan dan berbangga hati, aamiin.
Dalam Wikipedia kata “pacaran” didefinisikan sebagai proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Sedangkan menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan.
Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Pada diskusi di kaskus pernah muncul pernyataan demikian “Pacaran itu ibarat makan Sambal super pedes, udah tau pedes, udah tau bikin sakit perut, mencret, diare dll, tapi tetep aja banyak yang suka”. Nah padahal kita semua sudah tahu apa kerugian yang akan kita petik dari tindakan pacaran itu, namun masih banyak yah yang pacaran. Lalu sebenarnya apa si yang menjadi motif atau alasan dibalik keputusan mereka itu.
1.     Alasan Pacaran
Seperti halnya pilhan lain, mereka yang memilih untuk pacaran tentu memiliki latar belakang dan alasan. Menurut De Genova & Rice (2005) ada beberapa hal yang menyebabkan individu-individu berpacaran, antara lain adalah sebagai berikut:
  • Pacaran sebagai bentuk rekreasi
  • Pacaran memberikan pertemanan persahabatan dan keintiman pribadi
  • Pacaran adalah bentuk sosialisasi
  • Pacaran berkontribusi untuk pengembangan kepribadian
  • Pacaran memberikan kesempatan untuk mencoba peran gender
  • Pacaran adalah cara untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang
  • Pacaran memberikan kesempatan bagi pencobaan dan kepuasan seksual
  • Pacaran adalah cara untuk menyeleksi pasangan hidup
  • Pacaran mempersiapkan individu menuju pernikahan

Beberapa alasan diatas yang mungkin menjadi landasan keputusan kamu sekarang? Jika tidak, lalu apa yang sebenarnya menjadi pembenar bagimu untuk berpacaran?

2.     Pandangan Islam Tentang Pacaran
“Janganlah kamu sekalian mendekati perzinahan, karena zina itu adalah perbuatan yang keji…” (QS. Al-Isra : 32).
Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman, maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.
Kalau dilihat dari hukum Islam, pacaran yang dilakukan oleh anak-anak sekarang adalah haram. Mengapa haram?
Karena pacaran itu akan membawa kepada perzinahan dimana zina adalah termasuk dosa besar, dan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu ayatnya berbunyi sebagaimana yang dikutip diatas. Ayat tersebut tidak mengatakan jangan berzina, tetapi jangan mendekati zina, mengapa demikian? Karena biasanya orang yang berzina itu tidak langsung, tetapi melalui tahapan-tahapan seperti : saling memandang, berkenalan, bercumbu kemudian baru berbuat zina yang terkutuk itu.
“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya”. (HR. Al-Bukhori [5889] dari Ibnu Abbas, dan Muslim [2657] dari Abu Hurairah). Nah coba resapi hadits itu, kita akan tahu bahwa pacaran itu sudah sangat dekat dengan yang namanya zina.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda yang artinya, "Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya." Rasanya tidak perlu saya panjang lebar mengulas perkara ini, karena saya nyakin pada dasarnya kita semua tahu. Okey dapat disimpulkan sendiri yah, “segala yang mendekatkan kita pada zina adalah haram, dan pacaran berisikan hal-hal yang justru mendekatkan kita dengan zina”.

3.     Pacaran dan Perceraian
Tiba dibagian ketiga. Dibagian ini akan sedikit kita analisis pacaran lebih dari sisi ilmiah dan logika. Bagian ini lebih untuk memperkuat keyakinan kita sekaligus memberi pandangan baru mengenai pacaran.
Fakta 85% Hubungan Lewat Pacaran  Rentan Perceraian,  Dr. Shoul Jordan, seorang dosen sosiologi di Perancis, dengan tesisnya ia berhasil membuat merah telinga kaum pemuja cinta. Dalam tesisnya, ia katakan, 85% hubungan yang di latar belakangi dengan pacaran dan kisah-kisah asmara berakhir dengan perceraian atau masalah-masalah lain yang di kemudian hari berubah menjadi algojo bagi rumah tangga mereka, bahkan menghilangkan cinta yang pernah mengikat mereka. Sebaliknya, hubungan yang di bangun berdasarkan pertimbangan akal, memilih berhasil serta langgeng dalam perkawinan yang syah tentunya.
Menarik bukan ?, dari dua fakta tersebut, Dr. Shoul Jordan, menjelaskan, pada hubungan yang diawali dengan pacaran dan kisah asmara, cacat yang ada pada hubungan ini akan jelas tampak setelah pernikahan, alasannya, setelah menikah, romantisme mulai menurun dari puncaknya. Ingat orang pacaran lebih banyak jaim dari pada jujur. Orang pacaran itu lebih memilih menjadi some body perect daripada jadi dirinya sendiri. Pernikahan pada model ini dasarnya selalu ditunda dan ditunda, karena masing-masing terus sibuk dengan kisah cinta mereka. Mereka tinggalkan pekerjaan, belajar, dan mereka tinggalkan interaksi dengan orang-orang sekitarnya. Semua hanya terbuang untuk hanya untuk urusan asmara, untuk memilah satu-satu, bagaimana mengungkapkan cintanya. Maka tak ayal, hasilnya 85% dari hubungan model ini berahir dengan cerai.
Dipihak lain,  pernikahan yang didasari pertimbangan logis, tidak menyandar pada unsur-unsur asmara belaka, hanya 5% yang gagal pada pernikahannya.
Dr. Shoul, menambahkan, unsur asmara akan menjadikan seseorang buta melihat kekurangan calon pasangannya. Tapi sayangnya kita, terkhusus bagi kawula muda malah menganggapnya sebagai sebuah mukjizat.
Di majalah Al-Usrah edisi 12 Rajab 1423 tertulis, Mereka yang menggunakan ukuran akal saat menjatuhkan pilihan, cenderung lebih berani melawan dan melepaskan diri dari masalah-masalah yang yang melilit rumah tangga mereka. Mereka tahu dan sadar, bahwa pernikahan adalah tanggung jawab, beban, toleransi dan tuntunan yang harus di hadapi. Sedangkan pemuja cinta, mereka menganggap pernikahan adalah sebuah tamasya panjang, hingga mereka tak mau di ganggu dengan hal-hal yang membebani.

Hasil penelitian Dr. Shoul Jordan tentu tidak jauh berbeda dengan sabda Nabi Muhammad S.A.W yg artinya: "Menikahlah kalian dengan perempuan yg masih gadis, sebab sesungguhnya perempuan yg masih gadis itu lebih sedap mulutnya dan lebih mapan rahimnya serta lebih bagus perangainya". Hadits lain juga memperkuatnya "Seorang perempuan dinikahi itu karena (di latar belakangi) oleh hartanya, kecantikannya, keturunannya (nasab) dan agamanya, maka karenanya hendaklah kamu menikah dengan perempuan yang taat beragama agar kamu beruntung". Dalam hadits tersebut kata “gadis” merujuk pada seorang wanita yang belum pernah terikat atau mengikatkan diri pada lelaki, ikatan yang dimaksud adalah bukan sebatas ikatan pernikahan, namun pacaran juga demikian. Dijelaskan pula wanita yang masih gadis akan lebih sedap mulutnya (ucapannya) dan lebih mapan rahimnya (suci) serta lebih bagus perangainya (akhlak dan karakter). Hadits berikutnya memberikan pesan landasan pernikahan tidaklah menjadikan cinta dan asmara sebagai patokan utamanya, namun pertama adalah agama selanjutnya disusul oleh pertimbangan lain, hartanya, kecantikannya, dan keturunannya. Cinta pada akhirnya akan benar-benar menjadi anugrah bagi mereka yang menikah tanpa dinodai dengan aktifitas pacaran sebelumnya.
Baik secara penelitian modern oleh Dr. Shoul Jordan dan pejelasan Nabi Muhammad S.A.W melalui haditsnya, sudahlah tentu kita akan memperoleh pemahaman kalau pacaran pada akhirnya tidak akan pernah membawa kita pada kebaikan. Bacalah tulisan sederhana ini beberapa kali sembari merenungi apa-apa yang telah kita lakukan selama ini terkait aktifitas pacaranmu (bagi kamu yang pernah pacaran semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, aamiin) dan semoga akan memberi pemahaman baru pada kita. Sekian sharing dari saya, terimakasih banyak telah membacanya dan mohon maaf atas kesalahan dan kekeliruan pada tulisan ini.


To Ikhwan
Kalau kamu Ikhwan sejati dan suka dengan seorang wanita, maka sampaikan itu kepada orang tuanya (melamar), jangan  jadikan cinta itu sebagai alasan untuk berpacaran, Ikhwan yang lebih memilih berpacaran daripada menikah adalah Ikhwan yang bermental kerupuk bin pecundang dan pengecut, ingat itu…!

To Akhwat
Kalau kamu memang akhwat sejati, janganlah kamu suka mengumbar aurat ataupun juga mengundang kaum the gombalers untuk menggoda. Jangan lupa juga untuk menjaga diri baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya, karena biasanya para Ikhwan punya beribu macam muslihat untuk menggoda.

Jemarinya belum berhak untuk kau genggam.. Suara lemah lembutnya belum berhak engkau nikmati.. Wajahnya belum berhak terlalu lama engkau pandangi… Lalu kapankah tiba saatnya dia yg engkau cinta menjadi hakmu sepenuhnya? Saat itu ialah ketika engkau telah berjanji atas nama Allah menjadi sepasang suami istri, disaksikan kerabat serta malaikat. Saat itulah saat dimana yang sebelumnya diharamkan menjadi terhalalkan.

Jomblo
Our best choice avoid ZINA
Stop pacaran
Halalkan dengan pernikahan

It’s not a shame to be a Jomblo
Be Proud,.. Be a JOSH !!!

JOSH (JOmblo Sampai Halal)

Referensi :
http://jomblosampaihalal.multiply.com/
http://www.psychologymania.com/
http://id.wikipedia.org/
http://sejarahindonesia-aceh.blogspot.com/

Subscribe to receive free email updates:

5 Responses to "JOMBLO VS PACARAN"

  1. tulisan yang cukup menarik untuk di baca
    tapi alangkah baiknya bila kutipan yang disadur tidak terlalu banyak he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Okey, terimakasih :D
      Betul saya menggabungkan beberapa tulisan yang awalnya tidak terkait dan berusaha mengkaitkannya. So maaf masih banyak yang langsung disalin, hehehe

      Hapus
  2. Tulisannya bagus pak,
    diam dalam mencintai itu lebih baik, terkadang perasaan mudah bolak-balik. curhat sama allah itu lebih baik.

    "laki2 yang mengajak wanita pergi berdua adalah laki2 genit.
    dan wanita yang mau diajak laki2 pergi berdua adalah wanita genit"
    reposh mbakku, :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. "sebelum halal untuk Q"
      bagi seorang wanita bukanlah sebuah janji semu yang dia inginkan.
      tetapi janji nyata dengan mengucap "Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan"
      dan ketika tiba saatnya seorang laki-laki yang baik akan disandingkan dengan wanita yang baik, begitu pula sebaliknya.
      :)
      keep smiling...... until the coming wonderful time

      Hapus
    2. Diana : Terimakasih, masih setia mengikuti blog sy, dah lama gak ngurusi blog nie.
      Respon yg simple dari mbakmu, setuju...!

      Shintia : Itulah janji Allah dan pati ditepati.

      Hapus