Kriminalitas dan Keberkahan di Bulan Suci Ramadhan


Sebagai Refleksi Momentum Di Hari Raya Idul Fitri Ke 1433 H 
“Pancaran Wajah Kamu, Melambangkan Pancaran Kesucian Hatimu”
 Oleh : Firman Wahono


Setiap tahun umat muslim seluruh dunia selalu menjalankan aktifitas yang menjadi bulan penuh kerahmatan, keberkahan yaitu bulan suci ramadhan. Karena dibulan tersebut banyak hikmah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umatnya. Bulan Suci Ramdahan merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat muslim berpuasa selama sebulan penuh bagi hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum, dan hubungan seksual, serta perbuatan-perbuatan yang merusak nilai puasa pada waktu siang hari; sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT  dalam surat Al-Baqarah Ayat : 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
        Di bulan suci ramadhan mengandung sebuah makna dan keberkahan yang luar biasa bagi orang-orang yang beriman, yang mana Tuhan menjanjikan akan memberikan pahala berlipat-ganda dan mendapatkan ampunan sifat Ar Rahman dan Ar Rohim  dari Allah SWT bagi hamba-Nya yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Amalan-amalan sunah menjadi pernik-pernik ibadah didalam menambah pahala maupun derajat keimanan seseorang seperti memperbanyak membaca Al-Quran, melaksanakan sholat-sholat sunah terawih, witir, tahajud, duha, beramal kepada fakir miskin, zakat dan amalan yang lain. Oleh karena itu bulan ini adalah bulan keberkahan, bulan penuh ampunan dan bulan penuh rasa persaudaraan. Karena di bulan ini saat yang tepat dalam membangun kekeluargaan bagaimana sholat isyak, terawih, dan witir secara berjamaah dengan harapan dari situ terbangun rasa persaudaraan. Memberikan kesempatan kepada jamah untuk beramal misal memberikan makan dan minum pada saat akan berbuka puasa di masjid (takjil) atau pada saat tadarusan di masjid.   
Namun jika dilihat dari segi ilmiahpun membawa manfaat yang besar selama berpuasa, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Allan Cott, dalam bukunya Fasting as a Way of Life, mengatakan bahwa puasa dapat memberikan istirahat fisiologis bagi sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat menormalisasikan metabolisme tubuh.
Ahli terapi  nutrisi Andang Gunawan A.D.N. menggambarkan siklus tubuh dalam aktifitas berpuasa yang selama ini tubuh memiliki irama aktivitas biologis selama 24 jam. Aktifitas ini berlangsung secara sistematis tanpa henti. Siklus tersebut terbagi dalam tiga fase. Pertama pukul 04.00-12.00 merupakan fase pembuangan (sisa-sisa makan dalam tubuh). Kedua, pukul 12-00-20.00 adalah fase pencernaan (pemrosesan zat-zat makanan). Ketiga pukul 20.00-o4.00 adalah fase penyerapan (pengambilan sari-sari makanan). Pada saat melaksanakan puasa fase pencernaan tidak terjadi secara optimal, karena tidak ada bahan makanan yang dicerna sehingga fase pembuangan terus berlangsung. Hal ini justru bermanfaat untuk tubuh, yaitu membuang sisa-sisa racun mengendap dalam jaringan tubuh, seperti hati , sehingga racun-racun dan zat-zat yang tidak berguna dalam tubuh bisa dikeluarkan secara optimal.
Melihat begitu besar keberkahannya tentunya suasana tersebut akan menciptakan sebuah keamanan, kedaimanan, kemakmuran, ketenangan, kebahagian yang berlipat ganda dan tercipta suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang saling menolong, saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Akantetapi ternyata hal itu tidak berlaku sepenuhnya. Ada beberapa sekelompok orang yang mencoba memanfaatkan situasi untuk melakukan tindakan kriminalitas seperti perampokan, pencurian, pembunuhan, penjambretan, dan tindakan asusila terutama tindakan perampokan dan pencurian yang cenderung meningkat di Kota-Kota besar. Contohnya di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Bekasi, beberapa akhir pekan ini meningkat terjadinya aksi perampokan menurut data yang dihimpun dari kompas.Delapan orang berpistol dan berculrit merampok Alfamart di Jalan Bintang Jaya Bekasi, Dikabupaten Bogor Perampok menghabisi korban, Di jakarta Utara, seorang petugas kebersihan mencuri 371 telpon seluler produksi Cina, FK UMY kehilangan uang sejumlah Rp 140 Juta dari brangkas, sebelumnnya pada Sabtu 28 Juli sekitar jam 07.30 Mahasiswa PTS kehilangan laptop dan iphone hanya karena ketiduran dan Lupa Mengunci Pintu Kos nya, sellain itu pada minggu 29 Juli, Diler Suzuki Indojaya di Condongcatur, Depok, Sleman, kemalingan, kejadian ini menyebabkan hilang nya Satu unit televisi flat 32 inci seharga
Rp2,5 juta, sementara pada Jumat 27 Juli sekitar jam 09.30 Seorang Wanita kehilangan kalung emas sebesar 8 gram. Dan masih banyak lagi tindakan kriminalitas yang belum kami sebutkan.
Berdasarkan data diatas memang sungguh sangat ironis sekali ditengah kesucian ramdhan dengan keberkahan yang dibawanya, akantetapi malah dibumbui suatu tindakan yang tercela dan membuat keresahan bagi masyarakat. Mungkinkah tindakan tersebut sebagai bentuk dari pelaku tindakan kriminal dalam menyambut lebaran karena ketiadaan uang untuk berlebaran (faktor kemiskinan) ataukah memang pekerjaan yang dilakukan selama ini. Pakar Teori Struktur Sosial merupakan bagian dari teori kriminologi modern meyakini bahwa kekuatan-keuatan sosial-ekonomi yang beroperasi di alam area-area kelas sosial-ekonomi rendah yang buruk mendorong sebagian besar penduduknya ke dalam pola tingkah laku kriminal. Posisi kelas ekonomi yang tidak beruntung adalah penyebab utama dari kejahatan. Jika kita menilik dari hubungan kriminologi dengan gejala Kemelaratan meningkatkan kejahatan. Bahkan kemelaratanlah yang menyebabkan kejahatan. Kemunduran kemakmuran baik secara individu maupun pada kelompok dapat meningkatkan tingkat kriminalitas.
Beberapa teori tadi menguatkan bahwa karena ketiadaan uang maupun persiapan dalam berlebaran, maka pelaku kriminalitas menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan materi selama masa-masa menjelang puasa, masa puasa maupun masa menjelang lebaran. Keberkahan berpuasa pun membawa dampak pelaku tindakan kriminalitas dalam melakukan aksinya untuk memanfaatkan momentum kelengahan para warga masyarakat yang sedang menikmati kekhusukan ibadah di bulan suci ramadhan. Maka perlu kami sampaikan untuk saling mengingatkan, selalu waspadai selama bulan puasa ramdhan maupun di bulan-bulan lainnya agar dalam menjalankan ibadah tercipta suasana aman dalam beribadah bukan malah mengganggu kekhusukan beribadah.  

Momentum Syawalan Nan Fitri Ke 1433 H

Keberkahan Bulan Ramadhan akan terasa sempurna ketika terkumandang bunyi “Allah Hu akbar- Alla Hu Akbar Lailla Hailla Allah Wa Allah Hu Akbar Allah Hu Akbar Wallilla Hil Ham “. Saat terkumandang itulah puncak dari kemenangan umat muslim selama satu bulan penuh digodog dalam “kawah candradimuka” untuk menanahan hawa nafsu yang selama ini menjerat umat muslim kelembah kenistaan. Dari situlah derajat keimanan umat muslim akan terangkat. Dalam teori tabula rasa bahwa sanya manusia akan terlahir kembali ibarat kertas putih tanpa noda apapun. 
Bulan syawal adalah bulan silaturahmi, bulan dimana kita saling bermaaf-maafan dan membangun kembali jalinan silaturahmi yang barangkali sudah semakin pudar. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi dan cepatnya kemajuan lain pada peradaban modern ini. Semakin dimudahkannya umat manusia dalam segala bentuk. Kebudayaan salam-salam tatap muka yang terlihat dulu menjadi pandangan yang menyenangkan, mengasykkan dan merindukan sekarang sudah sedikit terlihat. Umat muslim telah menggunakan kemewahan HP maupun jejarang sosial untuk saling mengucapkan silaturohmi. Sebenarnya itu menjadi konsep yang sangan penting untuk salaing komunikasi dengan beberapa orang yang berbeda wilayah akantetapi ini malah mendistorsi makna dalam silaturahmi, hanya sebatas memberikan salam, Cuma mereka telah teralienasi terhadap lingkungannya. Terfokus dalam dunia virtual maka hal inilah yang menjadikan peretakan kebudayaan silaturahmi. Inilah yang dinamakan zaman Posmodernisme dimana peran sistem virtual yang menjadi penunjang penting dalam peretakan kebudayaan tersebut.   .
Maka, dalam momentum syawalan ini marilah kita gerakkan Konservatisme Syawalan untuk membangun kembali kebudayaan lama face to face bertemu langsung agar silaturahmi kultural tersebut tetap lestari dan menjadikan rasa persaudaraan dan kekeluargaan terbangun. Dengan demikian sesungguhnya kita juga telah berkontribusi pada penyuburan nilai-nilai humanisme alamiah, karena pada silaturahmi kultural tersebut terkandung nilai yang tidak dapat tergantikan, yaitu menyambung persaudaraan berdasarkan nilai-nilai alamiah kemanusiaan.
HMI menjadikan simbol untuk terus melestarikan kebudayaan-kebudayan silaturahmi dengan bertatap muka agar tidak mendistorsi dalam pemaknaan silaturahmi. Seringkali mengunjungi rumah para alumni, pastur, kader mapun instansi lain untuk senantiasa meningkatkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan dalam membangun konsep kebersamaan yang menjadi tujuan bersama untuk mewujudkan “Tatanan Masyarakat yang Diridhoi Allah SWT”. Mungkin itu yang bisa kami sampaikan. Untuk menutup paper ini, tiada yang sempurna kecuali Allah semata, Sang Khalik Yang selalu memberikan kerahmatan pada umat-nya. Sekian
            
Sifat Ar Rahman- Ar Rahim menjadi simbol keserbaduan manusia.
“Terima Kasih”
“Kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Minal aizin walfaizin
Mohon maaf lahir dan batin”
“Kesucian hati akan terwujud jikalau kita saling memaafkan satu sama lain”

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kriminalitas dan Keberkahan di Bulan Suci Ramadhan"

Posting Komentar