Murid di Mata Guru

siswa di mata guru
Alhamdulillah sudah dua tahun berlalu dari hari pertamaku masuk kelas untuk memperkenalkan diri sebagai seorang guru baru. Masih teringat jelas dengan senyum ramahnya siwa-siswi dan bapak/ibu guru menyambut perkenalanku.

Tiga, empat kali masuk kelas, ada siswa yang menarik perhatian. Dia lamban, ekpresi tidak menampakan kesan sumpringah, dan selalu tertingal dibandingkan anak lain. Perawakan tinggi kurus makin menambah rasa pesimis akan kemampuannya. 

Tidak hanya satu anak itu yang membuat saya bertanya-tanya. Ada anak yang 'clekopan' pengganggu, ribut. Rasanya saya harus berpikir ulang untuk meneruskan tugas ini. Kabar terakhir dari teman semasa sekolah yang dulu terkenal begitu nakal, tukang bolos, tukang ganggu, tukang palak dan serentetan label negatif lainnya membuat saya harus benar-benar berpikir ulang. Subhan Allah begitu mengagetkan dan hampir tak percaya, luar biasa anak penyandang title negatif itu sekarang sudah menjadi orang yang sukses, dia telah menjadi seorang pengacara.

Perlahan dan pasti cap negatif yang sempat saya sematkan dikening muridku itu harus ku lepas. Betapa dengan gampang para guru menilai siswa dari tampilan luar, anatomi badannya, atau pernak-pernik fisiknya. Dengan gampang pula guru memberi label nakal, tukang bolos, tukang ganggu dan ribut. Terhadap guru yang masih suka memberi siswanya cap/label negatif, sebagai sesama guru saya sampaikan pertanyaan, "Sebenarnya siswa macam apa yang Anda inginkan?"

Tidak sedikit guru yang lebih suka menghadapi kelas yang siswanya duduk manis, diam, dan tertib di kelas. Hanya sedikit guru yang mampu memberikan arena yang leluasa untuk siswa mengasah keberanian, meskipun terkadang yang tampak adalah perilaku usil nan iseng. Tidak banyak pula yang mampu mengelola siswa yang ekpresif, suka berbantah, atau berpikir kritis, meskipun yang tampak adalah perilaku mencobai gurunya. Bahkan guru yang anti kritik akan suka menempatkan siswa sebagai pihak yang harus tunduk, menurut dan tidak boleh membantah. Sedikit cerita sukses dari teman saya itu bisa menjadi pengingat bagi kita semua. Semua anak punya bakat dan minat sendiri serta punya garis sukses sendiri. Mereka butuh guru yang mengerti dan memahami mereka. Jadi bagi saya mereka itu unik dan  luar biasa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Murid di Mata Guru"

Posting Komentar